Rabu, 02 Januari 2013

Ilmu Sosial Dasar - Tinggginya Angka Pengangguran di Indonesia



TUGAS ILMU SOSIAL DASAR
“TINGGINYA ANGKA PENGAGURAN DI INDONESIA”





Disusun Oleh :

Nama  : Isma Maulani
NPM   : 1A112063
Kelas   : 1KA02
Dosen  : Auliya Arrahma,ST,MT.


Jurusan Sistem Informasi
Universitas Gunadarma
Depok 2012



PENDAHULUAN

Salah satu faktor ekonomi penyebab kemiskinan yang melanda Negara tercinta kita , yakni  makin meningkatnya angka pengangguran. Pengangguran adalah masalah yang paling berat, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.

Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.

           


PEMBAHASAN

Saat ini, walaupun pertumbuhan Indonesia rata-rata berada di Kisaran 5%-6% persen, tetapi kondisi tersebut tidak akan maksimal untuk menurunkan tingkat pengangguran, khususnya pengangguran usia muda. Menurut Boediono setidaknya dibutuhkan pertumbuhan ekonomi minimal 7 persen-8 persen. Pertumbuhan sebesar itu pernah dicapai Indonesia sebelum krisis moneter pecah tahun 1997. Tetapi, setelah itu dan hingga saat ini, pertumbuhan sebesar itu tidak dapat sentuh lagi. Selain itu, investasi pemerintah khususnya untuk infrastruktur juga cenderung rendah dan stagnan. Praktis pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini diletakkan pada komsumsi dan investasi sektor swasta. Pertumbuhan belanja (investasi) pemerintah relatif stagnan.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang. Angka pengangguran terbuka di Indonesia masih mencapai 8,12 juta jiwa. Angka tersebut belum termasuk dalam pengangguran setengah terbuka, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 30 jam per minggu. Masih tingginya angka pengangguran di Indonesia, harus diatasi dengan menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang unggul. Salah satunya yaitu dengan menyiapkan sumber daya manusia yang berkompetensi unggul. Selama ini, dalam kegiatan bursa kerja, biasanya lowongan hanya terisi sekitar 50 persen. Hal itu terjadi, karena kompetensi yang disyaratkan perusahaan pencari tenaga kerja tidak mampu dipenuhi oleh para tenaga kerja. Oleh karena itu tenaga kerja harus disiapkan dengan baik. Sementara itu di Jawa Tengah, hingga 2010, angka pengangguran masih mencapai 1,046 juta jiwa. Angka tersebut turun sebesar 16,04 persen, bila dibandingkan jumlah pengangguran pada 2009, sebanyak 1,252 juta jiwa
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain. Melemahnya pasar internasional akibat krisis ekonomi global telah berdampak pada sektor riil Indonesia terutama industri yang berorientasi ekspor yang banyak menyerap tenaga kerja, seperti industri garmen, sepatu, elektronik, pertambangan industri kayu, minyak kelapa sawit mentah (GPO), dan karet. Dewasa ini sektor industri nasional tidak hanya menghadapi masalah penurunan harga jual dan permintaan, tetapi juga menghadapi masalah peningkatan biaya bahan baku khususnya impor akibat merosotnya kurs rupiah, sehingga tidak ada pilihan bagi industri nasional selain mengurangi volume produksi yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja baik dengan melakukan PHK maupun merumahkan sementara karyawan.
Menurut data BPS, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia sampai Februari 2012 mencapai 6,32 persen (7,2 juta orang), turun dibandingkan Februari 2011 sebesar 6,8 persen. Sekitar 50 persen lebih (4,2 juta orang) dari total pengangguran terbuka tersebut diisi oleh usia muda. Persentase pengangguran usia muda Indonesia sangat tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata persentase pengangguran muda di Asia Tenggara dan dunia. Tahun 2009 saja, persentase pengangguran muda di Indonesia mencapai 22,2 persen, sementara rata-rata pengangguran usia muda di Asia Pasifik hanya 13,9 persen dan dunia 12,8 persen.

Kondisi pengangguran usia muda di Indonesia kian memprihatinkan karena sudah mengenai lulusan pendidikan tinggi, dimana tren juga cenderung menunjukkan peningkatan. Data BPS menunjukkan pengangguran lulusan pendidikan tinggi berkontribusi sebesar 20 persen terhadap total pengangguran terbuka. Fakta tersebut sekaligus menunjukkan bahwa masih besar mismatch antara supply lulusan pendidikan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Kondisi tentu perlu mendapat perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada.
Fenomena Global Permasalahan pengangguran usia muda bukan hanya menjadi masalah Indonesia, tetapi memang sudah jadi fenomena global, khususnya setelah krisis keuangan tahun 2008 yang pecah di AS. Krisis tersebut memberikan efek domino bagi ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi global turun cukup dalam dan mendorong pemutusan hubungan kerja (PHK) khususnya di AS dan kawasan Uni Eropa.
Krisis keuangan global tersebut bahkan masih membuat ekonomi AS belum pulih secara total. Ekonomi masih melambat dan tingkat pengangguran masih tinggi di level 8 persen, dimana penganggur usia muda yang biasa dijuluki booemerang mencapai 18 persen-22 persen. Kondisi yang sama juga terjadi di Uni Eropa dengan tingkat pengangguran mencapai 9 persen-10 persen, dimana pengangguran usia muda mencapai 21 persen-22 persen. Bahkan, beberapa di zona euro, seperti Yunani dan Spanyol tingkat penganggurannya mencapai di atas 20 persen. Kondisi ini tentu akan sangat membahayakan stabilitas ekonomi dan politik jika tidak ada solusi. Inggris yang dikenal dengan kekuatan ekonominya juga mengalami tren pengangguran usia muda yang tinggi.
Namun, fenomena pengangguran usia muda yang paling tinggi justru terjadi di Timur Tengah (middle east) dan Afrika Utara, dimana menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2010, tingkat pengangguran usia muda di Timur Tengah dan Afrika Utara hampir mencapai 24 persen. Turunnya sejumlah pemimpin diktator di kedua kawasan ini tahun lalu yang dimulai dari revolusi Jasmin di Tunisia dan jadi efek domino ke kawasan lainnya, merupakan dampak langsung dari tingginya tingkat pengangguran usia muda. Para penganggur usia muda ini sangat frustasi dan akhirnya melakukan demonstrasi menuntut pemerintah turun.
Solusi harus dicari pemerintah harus sekuat tenaga mendorong penurunan pengangguran usia muda, ditengah keterbatasan kapasitas ekonomi. Pemerintah harus menempatkan generasi muda sebagai aset yang berharga bagi modal pembangunan ekonomi. Masih munculnya penyakit sosial yang muncul dari generasi muda, bukan tidak mungkin terjadi karena pemerintah gagal memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka.

Fungsi APBN sebagai stimulus bagi pertumbuhan ekonomi juga tidak berfungsi secara maksimal, karena terbelenggu oleh tingginya subsidi, belanja rutin pemerintah, dan pembayaran utang. Sementara, untuk belanja yang lebih produktif dan memberi efek berganda, seperti infrastruktur tidak terakselerasi dengan sempurna. Kualitas infrastruktur yang buruk sekaligus jadi penghambat daya saing ekonomi Indonesia.

Walaupun, anggaran pemerintah terbatas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi hal itu tidak menjadi alasan bagi pemerintah untuk tidak berusaha menurunkan pengangguran usia muda. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa/sudah dilakukan pemerintah bersama dengan seluruh stakeholder yang ada;
Pertama mendorong program Corporate Sosial Responsibility (CSR) BUMN bagi program kewirausahaan (enterprenuership) yang ditujukan bagi kaum muda, khususnya di daerah-daerah yang aksesnya terbatas. Memberikan pemberdayaan bagi kaum muda, sehingga dapat merangsang kreatifitas untuk menciptakan sesuatu yang memberi nilai tambah.
Kedua meningkatkan investasi pemerintah untuk peningkatan kualitas dan kuantitas balai-balai latihan kerja (BLK) dan pusat-pusat training (training centre). Hal tersebut sangat efektif jadi wadah bagi penganggur usia muda untuk meningkatkan dan memperdalam keahlian (skill) yang lebih spesifik, sehingga diharapkan memberikan nilai tambah ketika masuk ke pasar tenaga kerja.
Ketiga meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara dunia pendidikan dengan pasar tenaga kerja. Pendidikan tinggi harus memiliki kemandirian untuk dapat membuat kurikulum yang berbasis sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, sehingga mismatch antara dunia pendidikan tinggi dan pasar tenaga kerja dapat terus diminimalisir. Kurikulum kewirausahaan yang saat ini berkembang di beberapa pendidikan tinggi merupakan hal positif yang terus ditingkatkan. Diharapkan kurikulum kewirausahaan bisa memberikan wawasan bagi lulusan pendidikan tinggi melihat pasar kerja dari sisi yang lain.
Keempat pemerintah dapat mendorong sektor swasta (private) dan BUMN untuk membuka akses bagi program magang dan training untuk lulusan pendidikan tinggi, sehingga ada kesinambungan antara teori dan praktik, Jerman dan Austria cukup berhasil menekan tingkat pengangguran usia muda ketika krisis keuangan global terjadi dengan program-program magang dan training.

Faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat pengagguran, Masalah pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja tanpa suatu sebab. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran secara global adalah sebagai berikut :

1. Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2.    Lapangan Kerja sedikit
3.  Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbangApabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4.  Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
5.  Budaya pilih-pilih pekerjaan, pada dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan. Dan lagi ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka yang didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi).
6.  Pemalas, Selain budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di Indonesia adalah budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang ditempuh adalah dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.

Pengangguran adalah kekhawatiran terbesar di dunia saat ini simpul sebuah survey yang dilakukan oleh BBC World Service terhadap 11.000 orang di 23 negara. Dalam jajak pendapat tahunan ini, dinamai The World Speaks (Dunia berbicara), ditulis sederet daftar hal yang meresahkan dan responden diminta membicarakan dengan keluarga dan teman apa yang paling mereka khawatirkan sepanjang bulan lalu.
Korupsi dan kemiskinan masih duduk di posisi kecemasan tertinggi, namun pengangguran disebut oleh 18% responden, enam kali lipat dari jumlah orang yang mengkhawatirkannya saat pertama kali masuk daftar pada survey pertama tahun 2009. Jajak pendapat ini dilakukan oleh Globescan, dimana hasilnya menunjukkan kecemasan terhadap kehilangan pekerjaan dirasakan merata di berbagai negara yang menjadi lokasi survey, meski persoalan korupsi masih jadi isu yang paling banyak dibicarakan sebagai persoalan dunia.
Hampir seperempat responden menyatakan telah membicarakan soal pengangguran dalam bentuk apapun dalam sebulan terakhir. Kekhawatiran terbesar berkutnya adalah kemiskinan ekstrim dimana satu dari lima responden mengaku membicarakan masalah ini baru-baru ini.
Hal terkait dengan inflasi, seperti harga bahan pokok dan BBM yang terus meroket, ada di peringkat ketiga, dan seperti juga masalah pengangguran soal kenaikan harga dibicarakan oleh 18% orang yang disurvey. Tetapi beda negara, nampaknya muncul perbedaan tingkat kekhawatiran pula meski sama-sama berkisar pada persoalan pengangguran.
Negeri paling atas yang mencemaskan isu pengangguran adalah Spanyol, dimana 54% responden mengatakan membicarakan persoalan ini baru-baru saja, naik dari sebelumnya sepertiga responden yang ditanyai di negara Eropa ini menurut jajak BBC yang sama tahun lalu. Sementara berturut-turut Ghana, Meksiko, Nigeria dan Turki adalah negara-negara dimana topik ini menjadi bahan pembicaraan yang diwarnai kecemasan, dimana sepertiga atau lebih responden yang disurvey menyatakan membicarakan isu pengangguran sebulan terakhir.



Cara mengatasi Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut :
• Cara Mengatasi Pengangguran Struktural Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong.
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.

• Cara Mengatasi Pengangguran Friksiona lntuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya
2. Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru
3. Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
4. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.

• Cara Mengatasi Pengangguran Musiman. Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain;
2.  Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.

•    Cara mengatasi Pengangguran Siklus, Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2.  Meningkatkan daya beli Masyarakat.

•    Cara mengatasi Penngangguran secara umum :
1.  Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli. Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di negara kita mengingat sejumlah penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu digalakan lembaga yang mendidik tenaga kerja menjadi siap pakai. Yang paling penting dalam pendidikan dan pelatihan kerja itu adalah kesesuaian program dengan kualifikasi yang dituntut oleh kebanyakan perusahaan.

2.  Wiraswasta, Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta. Fakta memperlihatkan cukup banyak wiraswasta yang berhasil. Meskipun demikian, wiraswasta pun bukanlah hal yang mudah.

Kebijakan Pemerintah, Beberapa Tujuan Kebijakan Pemerintah
1.  Tujuan Bersifat Ekonomi
a. Menyediakan lowongan pekerjaan dari tahun ke tahun
b. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
c. Memperbaiki pembagian pendapatan

2.    Tujuan Bersifat social dan politik
a. Meningkatkan kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga, di dalam suatu rumah tangga harus ada yang mempunyai pekerjaan guna memenuhi kebutuhannya.
b. Menghindari masalah kejahatan, karena semakin tinggi pengangguran maka semakin tinggi kasus kejahatan.
c. Mewujudkan kestabilan politik, dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi masyarakat sering kali melakukan demontrasi dan mengemukakan kritik atas pemimpin pemerintah dan ini dapat menghambat kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya perkembangan ekonomi yang terlambat berakibat pangangguran memburuk.

3.  Tindakan Pemerintah, Tindakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran:
a.  Mengurangi pajak
b. Mendorong lebih banyak investasi membari subsidi
c.  Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
d. Memperbaiki pembagian pendapatan
e.  Menghindari masalah kejahatan
f.  Menambah keterampilan masyarakat


Sumber :
· http://www.analisadaily.com/news/read/2012/06/27/59245/problematika_pengangguran_usia_muda/#.UKDp43pHdLQ
· http://static.liputan6.com/201102/110208



KESIMPULAN

Angka pengangguran di Indonesia yang telah mencapai puluhan juta bahkan mencapai angka yang fantastik merupakan suatu masalah yang mendesak yang harus segera dipecahkan karena dampak pengangguran akan sangat berpengaruh bagi tatanan kehidupan sosial , contohnya kejahatan sosial pencurian/penodongan/perampokan, pelacuran, jula beli anak, anak jalanan dan lain-lain. pengangguran telah menjadi kuman penyakit sosial yang relatif cepat menyebar, berbahaya dan beresiko tinggi menghasilkan korban sosial yang pada gilirannya menurunkan kualitas sumber daya manusia, martabat dan harga diri manusia.
Karena itulah maka melalui strategi komunikasi pembangunan, kebijakan-kebijakan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis mutlak dilakukan agar angka pengangguran dapat ditekan/dikurangi. Dengan kebijakan yang langsung menyentuh permasalahan pengangguran, maka penyebab dari berbagai patologi sosial yang dialami masyarakat saat ini dapat dikurangi. Berbagai masalah sosial perkotaan yang meresahkan masyarakat saat ini berakar dari kesulitan hidup atau kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh ketiadaan sumber hudup(pekerjaan).

Saran
Peran orang terdekat dan pemerintah menjadi penunjang permasalahan pengagguran ini
Orang terdekat hendaklah mensupport dan menyemangati si-pengaggur dengan hal positif atau dengan menyarankan untuk menjadi wirausahawan dan pemerintah hendaknya menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan jumlah pengagguran dengan pelatihan berbagai sumber daya manusia yang memadai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar