TUGAS ILMU SOSIAL DASAR
“TINGGINYA ANGKA PENGAGURAN DI
INDONESIA”
Disusun Oleh :
Nama : Isma Maulani
NPM : 1A112063
Kelas : 1KA02
Dosen : Auliya Arrahma,ST,MT.
Jurusan Sistem Informasi
Universitas
Gunadarma
Depok
2012
PENDAHULUAN
Salah satu faktor
ekonomi penyebab kemiskinan yang melanda Negara tercinta kita , yakni
makin meningkatnya angka pengangguran. Pengangguran adalah masalah yang paling
berat, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial
lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya
GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
PEMBAHASAN
Saat ini, walaupun
pertumbuhan Indonesia rata-rata berada di Kisaran 5%-6% persen, tetapi kondisi
tersebut tidak akan maksimal untuk menurunkan tingkat pengangguran, khususnya
pengangguran usia muda. Menurut Boediono setidaknya dibutuhkan pertumbuhan
ekonomi minimal 7 persen-8 persen. Pertumbuhan sebesar itu pernah dicapai
Indonesia sebelum krisis moneter pecah tahun 1997. Tetapi, setelah itu dan
hingga saat ini, pertumbuhan sebesar itu tidak dapat sentuh lagi. Selain itu,
investasi pemerintah khususnya untuk infrastruktur juga cenderung rendah dan
stagnan. Praktis pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini diletakkan pada
komsumsi dan investasi sektor swasta. Pertumbuhan belanja (investasi)
pemerintah relatif stagnan.
Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di
mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan
oleh lebih banyak orang. Angka pengangguran terbuka di Indonesia masih mencapai
8,12 juta jiwa. Angka tersebut belum termasuk dalam pengangguran setengah
terbuka, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 30 jam per minggu. Masih
tingginya angka pengangguran di Indonesia, harus diatasi dengan menyiapkan
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang unggul. Salah satunya yaitu
dengan menyiapkan sumber daya manusia yang berkompetensi unggul. Selama ini,
dalam kegiatan bursa kerja, biasanya lowongan hanya terisi sekitar 50 persen.
Hal itu terjadi, karena kompetensi yang disyaratkan perusahaan pencari tenaga
kerja tidak mampu dipenuhi oleh para tenaga kerja. Oleh karena itu tenaga kerja
harus disiapkan dengan baik. Sementara itu di Jawa Tengah, hingga 2010, angka
pengangguran masih mencapai 1,046 juta jiwa. Angka tersebut turun sebesar 16,04
persen, bila dibandingkan jumlah pengangguran pada 2009, sebanyak 1,252 juta
jiwa
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain. Melemahnya pasar internasional akibat krisis ekonomi global telah berdampak pada sektor riil Indonesia terutama industri yang berorientasi ekspor yang banyak menyerap tenaga kerja, seperti industri garmen, sepatu, elektronik, pertambangan industri kayu, minyak kelapa sawit mentah (GPO), dan karet. Dewasa ini sektor industri nasional tidak hanya menghadapi masalah penurunan harga jual dan permintaan, tetapi juga menghadapi masalah peningkatan biaya bahan baku khususnya impor akibat merosotnya kurs rupiah, sehingga tidak ada pilihan bagi industri nasional selain mengurangi volume produksi yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja baik dengan melakukan PHK maupun merumahkan sementara karyawan.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain. Melemahnya pasar internasional akibat krisis ekonomi global telah berdampak pada sektor riil Indonesia terutama industri yang berorientasi ekspor yang banyak menyerap tenaga kerja, seperti industri garmen, sepatu, elektronik, pertambangan industri kayu, minyak kelapa sawit mentah (GPO), dan karet. Dewasa ini sektor industri nasional tidak hanya menghadapi masalah penurunan harga jual dan permintaan, tetapi juga menghadapi masalah peningkatan biaya bahan baku khususnya impor akibat merosotnya kurs rupiah, sehingga tidak ada pilihan bagi industri nasional selain mengurangi volume produksi yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja baik dengan melakukan PHK maupun merumahkan sementara karyawan.
Menurut data BPS,
tingkat pengangguran terbuka di Indonesia sampai Februari 2012 mencapai 6,32
persen (7,2 juta orang), turun dibandingkan Februari 2011 sebesar 6,8 persen.
Sekitar 50 persen lebih (4,2 juta orang) dari total pengangguran terbuka
tersebut diisi oleh usia muda. Persentase pengangguran usia muda Indonesia
sangat tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata persentase pengangguran muda
di Asia Tenggara dan dunia. Tahun 2009 saja, persentase pengangguran muda di
Indonesia mencapai 22,2 persen, sementara rata-rata pengangguran usia muda di
Asia Pasifik hanya 13,9 persen dan dunia 12,8 persen.
Kondisi pengangguran usia muda di Indonesia kian memprihatinkan karena sudah mengenai lulusan pendidikan tinggi, dimana tren juga cenderung menunjukkan peningkatan. Data BPS menunjukkan pengangguran lulusan pendidikan tinggi berkontribusi sebesar 20 persen terhadap total pengangguran terbuka. Fakta tersebut sekaligus menunjukkan bahwa masih besar mismatch antara supply lulusan pendidikan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Kondisi tentu perlu mendapat perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada.
Kondisi pengangguran usia muda di Indonesia kian memprihatinkan karena sudah mengenai lulusan pendidikan tinggi, dimana tren juga cenderung menunjukkan peningkatan. Data BPS menunjukkan pengangguran lulusan pendidikan tinggi berkontribusi sebesar 20 persen terhadap total pengangguran terbuka. Fakta tersebut sekaligus menunjukkan bahwa masih besar mismatch antara supply lulusan pendidikan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Kondisi tentu perlu mendapat perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada.
Fenomena Global Permasalahan
pengangguran usia muda bukan hanya menjadi masalah Indonesia, tetapi memang
sudah jadi fenomena global, khususnya setelah krisis keuangan tahun 2008 yang
pecah di AS. Krisis tersebut memberikan efek domino bagi ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi global turun cukup dalam dan mendorong pemutusan hubungan kerja
(PHK) khususnya di AS dan kawasan Uni Eropa.
Krisis keuangan global
tersebut bahkan masih membuat ekonomi AS belum pulih secara total. Ekonomi
masih melambat dan tingkat pengangguran masih tinggi di level 8 persen, dimana
penganggur usia muda yang biasa dijuluki booemerang mencapai 18 persen-22
persen. Kondisi yang sama juga terjadi di Uni Eropa dengan tingkat pengangguran
mencapai 9 persen-10 persen, dimana pengangguran usia muda mencapai 21
persen-22 persen. Bahkan, beberapa di zona euro, seperti Yunani dan Spanyol
tingkat penganggurannya mencapai di atas 20 persen. Kondisi ini tentu akan
sangat membahayakan stabilitas ekonomi dan politik jika tidak ada solusi.
Inggris yang dikenal dengan kekuatan ekonominya juga mengalami tren pengangguran
usia muda yang tinggi.
Namun, fenomena
pengangguran usia muda yang paling tinggi justru terjadi di Timur Tengah
(middle east) dan Afrika Utara, dimana menurut data International Labour
Organization (ILO) tahun 2010, tingkat pengangguran usia muda di Timur Tengah
dan Afrika Utara hampir mencapai 24 persen. Turunnya sejumlah pemimpin diktator
di kedua kawasan ini tahun lalu yang dimulai dari revolusi Jasmin di Tunisia
dan jadi efek domino ke kawasan lainnya, merupakan dampak langsung dari
tingginya tingkat pengangguran usia muda. Para penganggur usia muda ini sangat
frustasi dan akhirnya melakukan demonstrasi menuntut pemerintah turun.
Solusi harus dicari pemerintah
harus sekuat tenaga mendorong penurunan pengangguran usia muda, ditengah
keterbatasan kapasitas ekonomi. Pemerintah harus menempatkan generasi muda
sebagai aset yang berharga bagi modal pembangunan ekonomi. Masih munculnya
penyakit sosial yang muncul dari generasi muda, bukan tidak mungkin terjadi
karena pemerintah gagal memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka.
Fungsi APBN sebagai stimulus bagi pertumbuhan ekonomi juga tidak berfungsi secara maksimal, karena terbelenggu oleh tingginya subsidi, belanja rutin pemerintah, dan pembayaran utang. Sementara, untuk belanja yang lebih produktif dan memberi efek berganda, seperti infrastruktur tidak terakselerasi dengan sempurna. Kualitas infrastruktur yang buruk sekaligus jadi penghambat daya saing ekonomi Indonesia.
Walaupun, anggaran pemerintah terbatas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi hal itu tidak menjadi alasan bagi pemerintah untuk tidak berusaha menurunkan pengangguran usia muda. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa/sudah dilakukan pemerintah bersama dengan seluruh stakeholder yang ada;
Fungsi APBN sebagai stimulus bagi pertumbuhan ekonomi juga tidak berfungsi secara maksimal, karena terbelenggu oleh tingginya subsidi, belanja rutin pemerintah, dan pembayaran utang. Sementara, untuk belanja yang lebih produktif dan memberi efek berganda, seperti infrastruktur tidak terakselerasi dengan sempurna. Kualitas infrastruktur yang buruk sekaligus jadi penghambat daya saing ekonomi Indonesia.
Walaupun, anggaran pemerintah terbatas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi hal itu tidak menjadi alasan bagi pemerintah untuk tidak berusaha menurunkan pengangguran usia muda. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa/sudah dilakukan pemerintah bersama dengan seluruh stakeholder yang ada;
Pertama mendorong
program Corporate Sosial Responsibility (CSR) BUMN bagi program kewirausahaan
(enterprenuership) yang ditujukan bagi kaum muda, khususnya di daerah-daerah
yang aksesnya terbatas. Memberikan pemberdayaan bagi kaum muda, sehingga dapat
merangsang kreatifitas untuk menciptakan sesuatu yang memberi nilai tambah.
Kedua meningkatkan
investasi pemerintah untuk peningkatan kualitas dan kuantitas balai-balai
latihan kerja (BLK) dan pusat-pusat training (training centre). Hal tersebut
sangat efektif jadi wadah bagi penganggur usia muda untuk meningkatkan dan
memperdalam keahlian (skill) yang lebih spesifik, sehingga diharapkan
memberikan nilai tambah ketika masuk ke pasar tenaga kerja.
Ketiga meningkatkan
komunikasi dan kerjasama antara dunia pendidikan dengan pasar tenaga kerja.
Pendidikan tinggi harus memiliki kemandirian untuk dapat membuat kurikulum yang
berbasis sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, sehingga mismatch antara
dunia pendidikan tinggi dan pasar tenaga kerja dapat terus diminimalisir.
Kurikulum kewirausahaan yang saat ini berkembang di beberapa pendidikan tinggi
merupakan hal positif yang terus ditingkatkan. Diharapkan kurikulum
kewirausahaan bisa memberikan wawasan bagi lulusan pendidikan tinggi melihat
pasar kerja dari sisi yang lain.
Keempat pemerintah
dapat mendorong sektor swasta (private) dan BUMN untuk membuka akses bagi
program magang dan training untuk lulusan pendidikan tinggi, sehingga ada
kesinambungan antara teori dan praktik, Jerman dan Austria cukup berhasil
menekan tingkat pengangguran usia muda ketika krisis keuangan global terjadi
dengan program-program magang dan training.
Faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat
pengagguran, Masalah pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja tanpa suatu
sebab. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran secara global
adalah sebagai berikut :
1. Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan
kesempatan kerja ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih
besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang
terjadi.
2. Lapangan Kerja sedikit
3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga
terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbangApabila kesempatan kerja
jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum
tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat
pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut
mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan
kerja yang tersedia.
4. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
4. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
5. Budaya pilih-pilih pekerjaan, pada
dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan.
Dan lagi ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan
di Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka
yang didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi).
6. Pemalas, Selain budaya memilih-milih
pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di Indonesia adalah budaya malas.
Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang ditempuh adalah dengan
menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran adalah kekhawatiran
terbesar di dunia saat ini simpul sebuah survey yang dilakukan oleh BBC World
Service terhadap 11.000 orang di 23 negara. Dalam jajak pendapat tahunan ini,
dinamai The World Speaks (Dunia berbicara), ditulis sederet daftar hal yang
meresahkan dan responden diminta membicarakan dengan keluarga dan teman apa
yang paling mereka khawatirkan sepanjang bulan lalu.
Korupsi dan kemiskinan masih duduk
di posisi kecemasan tertinggi, namun pengangguran disebut oleh 18% responden,
enam kali lipat dari jumlah orang yang mengkhawatirkannya saat pertama kali
masuk daftar pada survey pertama tahun 2009. Jajak pendapat ini dilakukan oleh
Globescan, dimana hasilnya menunjukkan kecemasan terhadap kehilangan pekerjaan
dirasakan merata di berbagai negara yang menjadi lokasi survey, meski persoalan
korupsi masih jadi isu yang paling banyak dibicarakan sebagai persoalan dunia.
Hampir seperempat responden
menyatakan telah membicarakan soal pengangguran dalam bentuk apapun dalam
sebulan terakhir. Kekhawatiran terbesar berkutnya adalah kemiskinan ekstrim
dimana satu dari lima responden mengaku membicarakan masalah ini baru-baru ini.
Hal terkait dengan inflasi, seperti
harga bahan pokok dan BBM yang terus meroket, ada di peringkat ketiga, dan
seperti juga masalah pengangguran soal kenaikan harga dibicarakan oleh 18%
orang yang disurvey. Tetapi beda negara, nampaknya muncul perbedaan tingkat
kekhawatiran pula meski sama-sama berkisar pada persoalan pengangguran.
Negeri paling atas yang mencemaskan
isu pengangguran adalah Spanyol, dimana 54% responden mengatakan membicarakan
persoalan ini baru-baru saja, naik dari sebelumnya sepertiga responden yang
ditanyai di negara Eropa ini menurut jajak BBC yang sama tahun lalu. Sementara
berturut-turut Ghana, Meksiko, Nigeria dan Turki adalah negara-negara dimana
topik ini menjadi bahan pembicaraan yang diwarnai kecemasan, dimana sepertiga
atau lebih responden yang disurvey menyatakan membicarakan isu pengangguran
sebulan terakhir.
Cara
mengatasi Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan
cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi,
yaitu sebagai berikut :
• Cara Mengatasi Pengangguran Struktural Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari
tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk
mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong.
4. Segera mendirikan industri padat karya di
wilayah yang mengalami pengangguran.
• Cara Mengatasi Pengangguran Friksiona lntuk
mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara
mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya
2. Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai
bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru
3. Menggalakkan pengembangan sector Informal,
seperti home indiustri
4. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
4. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah,
seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga
bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi
baru dari kalangan swasta.
• Cara Mengatasi Pengangguran Musiman. Jenis
pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain;
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain;
2. Melakukan pelatihan di bidang
keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
• Cara mengatasi Pengangguran Siklus,
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2. Meningkatkan daya beli Masyarakat.
1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2. Meningkatkan daya beli Masyarakat.
• Cara mengatasi Penngangguran
secara umum :
1. Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja Pengangguran
terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli.
Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau
keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di negara kita mengingat
sejumlah penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian
tertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu digalakan lembaga yang
mendidik tenaga kerja menjadi siap pakai. Yang paling penting dalam pendidikan
dan pelatihan kerja itu adalah kesesuaian program dengan kualifikasi yang
dituntut oleh kebanyakan perusahaan.
2. Wiraswasta, Selama orang masih
tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan tertentu, pengangguran akan
tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan apabila muncul keinginan
untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta. Fakta
memperlihatkan cukup banyak wiraswasta yang berhasil. Meskipun demikian, wiraswasta
pun bukanlah hal yang mudah.
Kebijakan Pemerintah, Beberapa Tujuan Kebijakan
Pemerintah
1. Tujuan Bersifat Ekonomi
a. Menyediakan lowongan pekerjaan dari tahun ke
tahun
b. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
c. Memperbaiki pembagian pendapatan
2. Tujuan Bersifat social dan politik
a. Meningkatkan kemakmuran keluarga dan
kestabilan keluarga, di dalam suatu rumah tangga harus ada yang mempunyai
pekerjaan guna memenuhi kebutuhannya.
b. Menghindari masalah kejahatan, karena semakin tinggi pengangguran maka semakin tinggi kasus kejahatan.
b. Menghindari masalah kejahatan, karena semakin tinggi pengangguran maka semakin tinggi kasus kejahatan.
c. Mewujudkan kestabilan politik, dalam
perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi masyarakat sering kali
melakukan demontrasi dan mengemukakan kritik atas pemimpin pemerintah dan ini
dapat menghambat kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya perkembangan ekonomi yang
terlambat berakibat pangangguran memburuk.
3. Tindakan Pemerintah, Tindakan pemerintah
dalam mengatasi pengangguran:
a. Mengurangi pajak
b. Mendorong lebih banyak investasi membari
subsidi
c. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
d. Memperbaiki pembagian pendapatan
e. Menghindari masalah kejahatan
f. Menambah keterampilan masyarakat
Sumber :
· http://www.analisadaily.com/news/read/2012/06/27/59245/problematika_pengangguran_usia_muda/#.UKDp43pHdLQ
· http://static.liputan6.com/201102/110208
KESIMPULAN
Angka pengangguran di
Indonesia yang telah mencapai puluhan juta bahkan mencapai angka yang fantastik
merupakan suatu masalah yang mendesak yang harus segera dipecahkan karena dampak
pengangguran akan sangat berpengaruh bagi tatanan kehidupan sosial , contohnya kejahatan
sosial pencurian/penodongan/perampokan, pelacuran, jula beli anak, anak jalanan
dan lain-lain. pengangguran telah menjadi kuman penyakit sosial yang relatif
cepat menyebar, berbahaya dan beresiko tinggi menghasilkan korban sosial yang
pada gilirannya menurunkan kualitas sumber daya manusia, martabat dan harga
diri manusia.
Karena itulah maka melalui strategi
komunikasi pembangunan, kebijakan-kebijakan jangka pendek dan jangka panjang
yang realistis mutlak dilakukan agar angka pengangguran dapat ditekan/dikurangi.
Dengan kebijakan yang langsung menyentuh permasalahan pengangguran, maka
penyebab dari berbagai patologi sosial yang dialami masyarakat saat ini dapat dikurangi.
Berbagai masalah sosial perkotaan yang meresahkan masyarakat saat ini berakar
dari kesulitan hidup atau kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh ketiadaan sumber
hudup(pekerjaan).
Saran
Peran orang terdekat dan pemerintah menjadi penunjang permasalahan pengagguran ini
Orang terdekat hendaklah mensupport dan menyemangati si-pengaggur dengan hal positif atau dengan menyarankan untuk menjadi wirausahawan dan pemerintah hendaknya menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan jumlah pengagguran dengan pelatihan berbagai sumber daya manusia yang memadai
Peran orang terdekat dan pemerintah menjadi penunjang permasalahan pengagguran ini
Orang terdekat hendaklah mensupport dan menyemangati si-pengaggur dengan hal positif atau dengan menyarankan untuk menjadi wirausahawan dan pemerintah hendaknya menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan jumlah pengagguran dengan pelatihan berbagai sumber daya manusia yang memadai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar