TUGAS ILMU SOSIAL DASAR
“FENOMENA TAWURAN DIKALANGAN
PELAJAR”
Disusun Oleh :
Nama : Isma Maulani
NPM : 1A112063
Kelas : 1KA02
Jurusan Sistem Informasi
Universitas
Gunadarma
Depok
2012
PENDAHULUAN
Tawuran sepertinya
sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sehingga jika mendengar kata
tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap
minggu, berita itu menghiasi media massa. Bukan hanya tawuran antar pelajar
saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan
tentara, antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh
menyedihkan. Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat kita. Tawuran antar
pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya
geng-geng. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat.
Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa
mengganggu ketenangan masyarakat.Sebaliknya mereka merasa bangga jika
masyarakat itu takut dengan geng kelompoknya.
Seorang pelajar seharusnya tidak melakukan
tindakan yang tidak terpuji seperti itu. Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai
dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya
justru menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya dendam
Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan membalas
perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang
siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut.Sebenarnya jika kita mau
melihat lebih dalam lagi, salah satu akar permasalahannya adalah tingkat
kestressan siswa yang tinggi dan pemahaman agama yang masih rendah.
PEMBAHASAN
Baru-baru
ini pelajar kembali bergejolak dan turun ke jalan, namun kali ini bukan dalam
rangka aksi menentang rezim yang koruptif. Mereka turun ke jalan untuk saling
baku hantam dengan rekannya sesama pelajar, saling serang dan unjuk kekuatan
dalam panggung yang bernama tawuran.
Semakin
hancur saja citra para pemuda yang dahulu dianggap sebagai harapan bangsa ini.
Stigma negatif semakin tersemat kuat akibat banyaknya aksi anarkisme yang
terjadi di kalangan pelajar akhir-akhir ini. Para provokator yang hanya
segelintir orang telah sukses mengubah citra para intelektual muda ini menjadi
penjagal beralmamater sekolah/kampus.
Jakarta,
kota yang terakhir jadi sorotan karena tingkat aksi tawurannya yang tinggi.
Kota yang baru saja mendapatkan pemimpin baru di akhir September lalu ini
dihebohkan dengan berita tawuran yang terjadi beruntun di beberapa sekolah. Tak
tanggung-tanggung tawuran yang terjadi antar sekolah ini memakan tumbal. Alawy
siswa kelas X SMA negeri 6, dan Dedy Yanuar siswa SMA Yayasan Karya, harus
meregang nyawa dalam drama pengecut yang digelar di dua tempat yang berbeda.
Yang
satu di daerah Bulungan, satu lagi di Manggarai Jakarta Selatan. Kasus ini
bukan hanya terjadi di Jakarta, namun karena Jakarta adalah ibukota negara maka
kasus yang terjadi ini menjadi sorotan nasional. Para pengamat mulai
menyoroti dengan serius, apa yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia?
Realisasi
dari model pendidikan di Indonesia mulai banyak dipertanyakan. ‘Pendidikan
Karakter' yang dulu digadang-gadang bakal membentuk manusia beradab perlu
dievaluasi keefektifannya. Status RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional) atau bahkan sudah SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) juga
perlu ditinjau ulang. Faktanya banyak sekolah yang sudah bertaraf
internasional, tapi siswanya masih menyelesaikan masalah sepele dengan kekerasan.
Tentunya
bukan ini yang diharapkan dari ide standarisasi tersebut kan ? Suatu hal yang
lumrah ketika ada masalah akan dicari ‘kambing hitamnya.' Kemendiknas yang
akhirnya jadi sasaran. Wakil pemerintah yang bertugas mengurusi sektor
pendidikan ini jadi bulan-bulanan di media dan berbagai forum lainnya karena
dianggap gagal mengurusi pendidikan di Indonesia. Wacana yang unik pun
bermunculan dari para pengamat, mulai dari ganti pejabat di kementeriannya,
rombak kurikulumnya, buat aturan atau undang-undang yang ketat, sampai
tingkatkan alokasikan anggaran untuk cegah tawuran. Wacana yang menurut saya
reaktif dan ‘kreatif'.
Memang
yang paling mudah ialah menyalahkan sistem, Pertanyaannya, apakah jika semua
itu terealisasi tawuran dapat hilang dari muka bumi Indonesia? Dalam
memahami tawuran, maka kita harus kembali ke akar permasalahannya. Secara
definisi tawuran adalah keributan, kericuhan, dan perkelahian yang dilakukan
secara beramai-ramai, biasanya dilakukan oleh dua kelompok besar yang bertikai.
Tawuran yang dialami pelajar disebabkan oleh masih tingginya egoisme mereka dan
sedikitnya wawasan dalam menyikapi masalah.
Jika
kita pernah mengusut, banyak dari tawuran bermula karena ketersinggungan saat
bertatapan dengan pelajar lain di jalan, karena rebutan pacar, ataupun
karena ada pelajar yang dipalak oleh pelajar dari sekolah lain. Semua hal ini
dilandasi oleh ego dan premanisme yang terbungkus kesetiakawanan.
Penyelesaian
masalah yang dilandasi ego ini yang harus diluruskan. Bukan semata mengutak-utik
peraturan dan kurikulum sekolah, pendampingan dan kontrol terhadap perkembangan
kedewasaan siswa di sekolah juga harus dilakukan. Kedewasaan dapat dibentuk
dengan cara menanamkan nilai-nilai agama dan keadaban dalam setiap jenjang
kelasnya. Hal ini tentunya bukan sekedar teori di kelas yang hanya dua jam,
namun juga harus diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari lewat praktek
nyata.
Memberikan
perhatian lebih terhadap pendampingan dalam proses belajar dan perkembangan
siswa akan lebih baik daripada harus menaikkan anggaran untuk mengubah
kurikulum atau memperketat aturan yang membuat siswa merasa tertekan.
Akhirnya
kembali pada hakikat pendidikan yang dicanangkan oelh Ki Hajar Dewantara :
"Cipta, Rasa, dan Karsa." Mengembalikan pendidikan atas dasar agama,
akhlak, dan budi pekerti menjadi sebuah solusi yang patut dicoba, bukan sekedar
teori namun sebuah realisasi. Sesuatu yang mungkin sering terlupakan oleh
petinggi bangsa ini.
PENYEBAB
TERJADINYA TAWURAN ANTAR PELAJAR
Tawuran antar pelajar selalu menjadi
agenda perbincangan setiap tahunnya, masalah ini bukan perkara baru, dan jangan
dianggap perkara yang remeh. Padahal kalau kita kaji masalah tawuran antar
pelajar akan membawa dampak panjang, bukan hanya bagi pelajar yang terlibat,
namun juga untuk keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Tawuran antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah
yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat
ini, tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan atau
sekitar sekolah saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, tak jarang terjadi
pengrusakan fasilitas publik. Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak
sekolah, guru dan masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut
bagaimana untuk mererainya, sampai akhirnya melibatkan pihak kepolisian.
Hal ini tampak beralasan karena
senjata yang biasa dibawa oleh pelajar-pelajar yang dipakai pada saat tawuran
bukan senjata biasa. Bukan lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu
lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang
ada di sekeliling (batu dan kayu) mereka juga memakai senjata tajam layaknya
film action di layar lebar dengan senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang.
Contohnya, samurai, besi bergerigi yang sengaja dipasang di sabuk, pisau, besi.
Penyimpangan seperti tawuran antar
pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa
disebut sebagai kenakalan remaja, namun sudah menjadi tindakan kriminal. Yang
menjadi pertanyaan, adalah bagaimana bisa seorang pelajar tega melakukan
tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain hanya
karena masalah-masalah kecil? Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar
pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok,
cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan
hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku,
kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan
Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok
beda sekolah. Contoh kasus dalam tawuran antar pelajar dapat disebabkan oleh
banyak faktor, beberapa contoh di antaranya, yaitu:
Tawuran antar pelajar bisa terjadi
karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di tanggapi dengan rasa
setiakawan yang berlebihan.
Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada
sejarah yang menyebabkan pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
Jiwa premanisme yang tumbuh dalam
jiwa pelajar.Untuk mengkaji lebih jauh permasalahan tawuran antar pelajar, kita
bisa mengkaji terlebih dahulu mengenai penyebab tawuran antar pelajar dari tiga
poin diatas.
Tawuran Antar Pelajar Akibat Rasa
Setia Kawan yang Berlebihan, rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan
rasa solidartas adalah hal yang lumrah atau biasa kita temukan dalam kehidupan,
misalkan dalam persahabatan rasa setiakawan akan menjadi alasan mengapa
persahabatan bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah ketika ditempatkan dalam
porsi yang pas dan seimbang.
Namun, rasa setia kawan yang
berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya adalah mengakibatkan
tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar tawuran antar pelajar
yang dipicu karena ketersingguhan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar
sekolah lain saat berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya.
Misalkan, permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya.
Pemahaman arti sebuah persahabatan
memang perlu dipahami oleh masing-masing individu pelajar itu sendiri. Tawuran
antar pelajar yang diakibatkan karena rasa setiakawan harus segera dihentikan,
karena hal ini akan memicu kawan-kawan yang lain untuk mendapatkan hak atau
perlakuan yang sama pada waktu mengalami masalah.
Ini dapat menjadikan pelajar malas
dalam menyelesaikan masalah dirinya sendiri, tanpa mau menyelesaikannya sendiri
dan cenderung tidak berani bertanggung jawab. Menjadi ketergantungan dan akan
menimbulkan dampak yang negatif bagi perkawanan itu sendiri. Tawuran antar
pelajar akibat sejarah permusuhan dengan sekolah lainKadang permasalahan
tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah permusuhan yang sudah
ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya cerita-cerita yang
menyesatkan, bahkan memunculkan mitos berlebihan membuat generasi berikutnya,
terpicu melakukan hal yang sama.
Contohnya, sebut saja sekolah A
dengan sekolah B adalah musuh abadi, dimana masing-masing sekolah akan
melakukan hal yang antipati terhadap sekolah lain. Biasanya, akan ada pelajar
yang menjadi perbincangan, semacam tokoh bagi sekolahnya, karena kehebatannya
pada waktu berkelahi.
Dalam permasalahan tawuran antar
pelajar yang dipicu karena permasalahan ini, perlu adanya pendekatan khusus,
yang memasukkan program kerja sama dengan sekolah tersebut. Peranan sekolah dan
guru memegang peranan penting. Ironisnya, sebuah pertandingan persahabatan.
Misalnya, olahraga. Kadang memicu sebuah permusuhan dan perkelahian. Hal ini
akhirnya menuntut kecerdasan dan ketelitian pihak penyelenggara dalam mengemas
sebuah acara.
Tawuran Antar Pelajar Akibat Jiwa
Premanisme, premanisme bukan istilah yang asing lagi. Premanisme yang berasal
dari kata “preman” adalah sebutan orang yang cenderung memakai kekerasan fisik
dalam menyelesaikan permasalahannya. Kemenangan di ukur karena kekuatan
fisiknya bukan intelektualitas. Premanisme bertolak belakang dengan jiwa
seorang pelajar, yang dituntut kecerdasan berpikir, kecerdasan mengelola emosi,
dll.
Jiwa premanisme dalam jiwa pelajar
dapat dihilangkan karena dia tidak semerta merta muncul begitu saja, ia
disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui faktor
penyebab sikap premanisme dalam diri pelajar. Faktor di luar diri pelajar
adalah faktor yang kental dapat mempengaruhi ke dalam. Beberapa contohnya
adalah: Tayangan-tayangan di televisi, baik film ataupun liputan berita yang
menceritakan atau sengaja mengekspose tema-tema kekerasan dapat mempengaruhi
psikis remaja. Kekerasan yang terjadi di rumah. Kekerasan yang dimaksud bukan
hanya individu pelajar saja yang menjadi korban kekerasan namun kekerasan yang
terjadi pada satu anggota keluarganya, dapat mempengaruhi psikis individu. Hal
ini yang akan menyebabkan trauma atau kekerasan beruntun yang diakibatkan
karena menganggap kekerasan adalah hal yang wajar.
Acara awal tahun, orientasi sekolah
adalah acara di mana pelajar baru diwajibkan mengikuti kegiatan ini. Kegiatan
yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan mengenali sekolah, kegiatan serta
untuk lebih kenal kawan-kawannya malah cenderung disalah gunakan oleh senior
untuk ajang balas dendam dari apa yang pernah ia terima pada waktu yang sama
menjadi junior, pola-pola yang dipakai cenderung dengan pola militer. Hal
inilah yang menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola yang menjadi
semacam suntikan yang terus diturunkan oleh setiap generasi. Agar terhindar
dari pola yang berlebihan, diperlukan adanya pengawasan dari pihak sekolah dan
turunnya langsung pengajar dalam kegiatan ini. Kedisiplinan berbeda dengan kekerasan,
hal ini seharusnya menjadi tantangan setiap panitia kegiatan dalam mengemas
ide, gagasan acara pada waktu perkenalan sekolah, menjadi sesuatu yang
inofatif, kreatif sehingga diharapkan lambat laun sikap premanisme akibat
perpeloncoan akan menjadi cara kuno dan tidak menarik lagi.
Dari ketiga faktor penyebab
tersebut, kita bisa mendapatkan bayangan atau solusi yang terbaik seperti apa
dan bagaimana melakukan proses penyelesaiannya. Walaupun permasalahan tawuran
antar pelajar memang bukan hal sepele yang bisa langsung diselesaikan, namun
diperlukan adanya proses berkelanjutan, kesadaran dan kerja sama dengan semua
pihak, bukan hanya sekolah, orangtua, masyarakat dan penegak hukum, tapi juga
kesadaran pemahaman pelajar sebagai seorang individu, sebagai generasi muda
yang penuh dengan tanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu
digarisbawahi dari paparan di atas, yaitu: “Pemahaman” bagaimana seorang
pelajar disaat sedang mengalami pencarian identitas, cenderung sangat mudah
labil. Dan kelabilan inilah yang ahirnya tawuran antar pelajar terjadi.Ada
beberapa cara yang efektif untuk mencegah sebelum tawuran antar pelajar
terjadi, misalkan dengan:
Membuat dan memfasilitasi ruang-ruang kegiatan yang
positif.
Memberikan kebebasan berpendapat dan
berekspresi dan tetap adanya kontrol dari pihak-pihak yang berkaitan khususnya
orang-orang terdekat, mencoba lebih terbuka dan mengenali serta memberikan
solusi yang positif ketika remaja sedang mengalami emosi.
Sikap optimis dan kepercayaan terhadap pelajar perlu
ditumbuhkan kembali, sehingga suatu saat kita tidak akan mendengar lagi berita
atau kabar mengenai kejadian tawuran antar pelajar di negeri kita ini, yang ada
kita bangsa Indonesia dipenuhi kabar berita tentang pelajar-pelajar yang
produktif, kritis, mampu menjadi juara dalam berbagai bidang, baik berupa
kompetisi pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Sudah saatnya generasi muda
membuktikan potensi dalam dirinya, dan sudah menjadi tugas kewajiban orang tua,
sekolah, masyarakat dan pihak-pihak yang terkait untuk mencegah terjadinya
bentuk-bentuk penyelewengan pelajar, terutama permasalahan yang membuat was-was
menjadi sebuah tindakan kriminal.
Upaya
untuk mencegah tawuran di kalangan pelajar.
Tentunya kita ikut
prihatin akan kejadian di daerah lain (Jakarta) yang sampai memakan korban
jiwa. Meski di Surabaya sudah lama kita tidak mendengar adanya tawuran, kami
tidak ingin lengah. Seluruh pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan
ketua kelas baik dari sekolah negeri maupun swasta akan dikumpulkan untuk diberikan
pengertian.
Selain itu, juga
beberapa sekolah yang berdekatan lokasinya, dan sekiranya mempunyai potensi
bakal memicu terjadinya tawuran, akan kita pertemukan bersama untuk mencegah
kejadian ini. Mereka akan diingatkan tujuan awal ke sekolah untuk belajar
mencapai cita-cita dan keberhasilan mereka sendiri di masa depan, bukan untuk
yang lain. Jadi mereka harus fokus di situ arena kalau mereka lengah dan
melakukan aktivitas yang nonproduktif nanti rugi sendiri.
Bahkan, kami akan
mengumpulkan semua ketua kelas untuk dibentuk semacam jaringan karena mereka
adalah orang yang berinteraksi setiap hari dengan teman-temannya sehingga tentu
akan tahu lebih dini bila muncul sebuah potensi awal terjadinya gesekan. Para
ketua kelas ini akan diberikan semacam pelatihan untuk mencegah tawuran, termasuk
melibatkan ahli psikolog.
Bagaimana dengan pihak
sekolah? Tentu sekolah dalam mengantisipasi ini harus memberikan perhatian
lebih sebagai komitmen mereka dalam memberikan pendidikan. Guru dan kepala
sekolah harus care pada permasalahan ini karena umumnya tawuran terjadi di
lingkungan sekitar sekolah.
Bagaimana dengan
tindakan perploncoan pada masa orientasi siswa? Semua sudah sepakat itu
(perploncoan siswa baru) tidak diperbolehkan karena dalam memori si anak akan terbawa
terus. Sekali kita ajarkan kekerasan pada anak, dendam atau sakit itu akan dia
simpan dan suatu saaat akan keluar. Artinya suatu saat dia akan melakukan hal
yang sama, entah kapan. Maka pada kesempatan kita mengumpulkan para pengurus
OSIS nanti akan kita tegaskan forum masa orioentasi siswa atau latihan
kepemimpinan bukan tempat untuk menunjukkan kakak kelas lebih berkuasa dari
adik kelas atau ajang balas dendam, tetapi forum untuk saling mengenal dan
berinteraksi.
Pemimpin bukan seperti
itu. Pemimpin mengajarkan tanggung jawab, bukan melakukan kekerasan. Yang
mengalami atau masih melakukan perploncoan nanti akan kami datangi ke
sekolahnya untuk diklarifikasi. Selama terjadi di lingkungan dan jam sekolah
tentu mereka harus memiliki tanggung jawab, tentu akan ada sanksi tersendiri.
Peran Orang
Tua Untuk Mencegah Terjadinya Tawuran
Pendidikan dalam keluarga sangat
penting sebagai landasan dasar yang membentuk karakter anak sejak awal. Peran
orang tua tidak hanya sebatas menanamkan norma-norma kehidupan sejak dini.
Mereka harus terus berperan aktif, terutama pada saat anak-anak menginjak usia
remaja, di mana anak-anak ini mulai mencari jati diri.
Bagaimana orang tua dapat berperan
aktif? Orang tua mesti senantiasa menjaga komunikasi, keharmonisan keluarga
serta membentengi mereka dengan pendidikan agama yang benar. Melalui tiga cara
ini, orang tua dapat memberikan contoh teladan yang baik bagi anaknya. Dengan
adanya teladan yang baik di rumah, mereka akan lebih tidak mudah terpengaruh
untuk terlibat dengan aktivitas yang bersifat anarkis.
Menjalin komunikasi yang baik. Kenyataan
di masa sekarang bahwa orang tua terlalu sibuk bekerja hingga anak-anak ini
kehilangan figur orang tua mereka. Sesibuk apapun, orang tua mesti berusaha
meluangkan waktu bersosialisasi dengan anak remaja mereka. Luangkan waktu di
akhir pekan untuk berkumpul dan mendengar keluh kesah mereka. Posisikan diri
anda sebagai teman bagi anak anda dalam memberikan feedback. Dia akan
merasa lega bisa mengeluarkan uneg-unegnya secara positif tanpa harus
menyimpang ke perilaku destruktif.
Menjaga keharmonisan keluarga. Emosi
anak-anak usia remaja sangatlah labil. Untuk itu, anda harus pandai-pandai
menjaga emosi anak. Usahakan untuk tidak mendikte atau mengekang anak selama
yang dilakukannya masih positif. Usahakan juga untuk tidak melakukan tindak
kekerasan di dalam rumah dan tidak melakukan pertengkaran fisik di hadapan sang
anak. Mereka akan mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Jika orang tua
sendiri tidak bisa menghargai anggota keluarga sendiri, bagaimana anak-anak
bisa belajar menghargai orang lain?
Memberi pendekatan agama yang benar
Peran Guru
Untuk Mencegah Terjadinya Tawuran.
Harus kita
evaluasi juga bahwa penanaman nilai-nilai dan ilmu pengetahuan bukan kegiatan
yang mesti dipaksakan atau dijejalkan. Semestinya bagaimana penanaman
nilai-nilai dan norma-norma itu dalam konteks pembelajaran tumbuh berdasarkan
kesadaran yang timbul dari pelajar sendiri.
Di sinilah
peran guru sebagai pembimbing benar-benar dipertaruhkan. Guru sebagai pembuka
jalan menuju cahaya hari depan, bukan tukang paksa. Guru harus membukakan jalan
pencerahan kepada mereka. Sudah saatnya guru menunaikan tugasnya. Kewajiban
guru tidak gugur setelah mengajar. Guru harus menjadi contoh yang baik, dari
segi akhlak ataupun norma-norma kemasyarakatan.
Guru dalam
konteks pembelajaran wajib berinteraksi secara batiniah dengan siswanya. Guru
dituntut tahu
permasalahan psikologis dan problem setiap siswanya, sehingga, sehingga ketika ada
siswa yang malas-malasan belajar di kelas pada saat guru menyampaikan materi,
guru harus responsive mencari tahu akar permasalahannya. Apakah ia punya
problem dalam keluarganya? Halitu bukan semata tugas guru BK, tetapi tugas
semua guru.
Apa yang diungkapkan
Bung Karno, pemimpin besar revolusi dalam buku Di Bawah Bendara Revolusi ada
baiknya dapat kita renungkan bersama. Bung Karno berkata, “Tiap-tiap perguruan,
di negeri mana saja dan pada bangsa mana saja, mempunyai guru yang baik dan
mempunyai guru yang kurang baik.
Sumber:
1. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Tawuran+dan+Pelajar+Salah+Arah&dn=20121005155606
2. http://www.fikarhomeschooling.net/index.php/86-news/123-penyebab-terjadinya-tawuran-antar-pelajar
KESIMPULAN
Pada hakikatnya tugas
seorang pelajar adalah menuntut ilmu demi mencapai masa depan yang indah,
tawuran merupakan salah satu sifat tercela yang seharusnya tidak dicontoh oleh
para pelajar, para penerus bangsa dan generasi muda. Tidak ada manfaat positif
yang bisa diambil dengan mengikuti tawuran, sebaliknya kita akan mendapatkan
masalah. Para pelajar yang merupakan penerus bangsa harusnya mempunyai pola
pikir yang dewasa untuk menghindari tawuran, harusnya yang dilakukan para
pelajar adalah mengharumkan nama sekolah dan bangsa dengan membuat
prestasi-prestasi yang membanggakan.
Peran keluarga terutama
orang tua adalah sangat penting untuk menciptakan karakter yang positif kepada
anaknya agar terhindar dari hal-hal negatif seperti tawuran, menjalin
komunikasi yang baik, menjaga keharmonisan keluarga serta menanamkan agama
sejak dini merupakan beberapa faktor untuk mencegah anak mengikuti tawuran.
Selain orang tua peran guru juga sangat berpengaruh dalam hal ini, guru harus membukakan jalan pencerahan kepada mereka. Sudah saatnya guru
menunaikan tugasnya. Kewajiban guru tidak gugur setelah mengajar. Guru harus
menjadi contoh yang baik, dari segi akhlak ataupun norma-norma kemasyarakatan.
Sudah saatnya generasi muda
membuktikan potensi dalam dirinya, dan sudah menjadi tugas kewajiban orang tua,
sekolah, masyarakat dan pihak-pihak yang terkait untuk mencegah terjadinya
bentuk-bentuk penyelewengan pelajar, terutama permasalahan yang membuat was-was
menjadi sebuah tindakan kriminal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar